Rasio Keuangan
RASIO KEUANGAN
Menurut Harvarindo (2010:12), rasio adalah satu angka yang dibandingkan dengan angka lain sebagai suatu hubungan. Jonathan Golin, (2001) berpendapat bahwa rasio adalah suatu angka digambarkan dalam suatu pola yang dibandingkan dengan pola lainnya serta dinyatakan dalam persentase. Sedangkan keuangan adalah sesuatu yang berhubungan dengan akuntansi seperti pengelolaan keuangan dan laporan keuangan. Jadi rasio keuangan adalah indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya (James c Van Horne dikutip dari Kasmir, 2008:104).
Setelah mengetahui pengertian rasio keuangan, analisa adalah suatu usaha dalam mengamati secara detail pada suatu hal atau benda dengan cara menguraikan komponen-komponen pembentuknya atau menyusun komponen tersebut untuk dikaji lebih lanjut. Analisa juga bisa disebut sebagai proses untuk memecahkan sesuatu ke dalam bagian-bagian yang lebih dalam dan menyatu satu dengan yang lainnya. Jadi analisis rasio keuangan adalah proses pengamatan indeks yang berhubungan dengan akuntansi pada laporan keuangan seperti neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas dengan tujuan untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan. Analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran informasi mengenai posisi keuangan dan kinerja perusahaan yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengambil keputusan bisnis.
Analisis rasio keuangan digunakan oleh dua pengguna utama, yakni investor dan manajemen. Investor menggunakan rasio keuangan untuk melihat apakah perusahaan itu investasi yang bagus atau tidak. Dengan membandingkan rasio keuangan antar perusahaan dan antar industri, investor dapat menentukan investasi mana yang paling baik. Sedangkan manajemen menggunakan rasio keuangan untuk menentukan seberapa baik kinerja perusahaan untuk mengevaluasi kemana perusahaan dapat memperbaiki diri. Misalnya, jika perusahaan memiliki margin kotor yang rendah, manajer dapat mengevaluasi bagaimana meningkatkan margin kotor mereka.
Peranan
/ Fungsi Rasio Keuangan dalam Bisnis
Rasio keuangan mempunyai peranan atau fungsi yang sangat penting
dalam menjalankan suatu bisnis atau usaha. Berikut ini adalah peranan atau
fungsinya:
1.
Dapat Mengetahui Kinerja Perusahaan
Dengan menggunakan rasio keuangan, pebisnis atau pelaku usaha dapat
mengetahui apakah bisnis / usahanya mengalami peningkatan atau penurunan
kinerja dengan cara membandingkan rasio – rasio keuangan perusahaan dari tahun
sebelumnya.
2.
Membantu Manajemen Perencanaan di Masa Mendatang
Dengan adanya perhitungan dan analisis rasio keuangan
perusahaannya dapat membantu menajemen memahami kinerja perusahaannya sehingga
dapat dijadikan acuan oleh manajemen untuk mengambil keputusan atau kebijakan
perusahaan untuk memperbaiki atau meningkatan kinerja perusahaan dimasa yang
akan datang.
Selanjutnya yaitu jenis-jenis Rasio Keuangan
1. Earning Ratio
jenis-jenis :
A. Dividen Per Lembar Saham (Dividend Per Share)
Pengertian dividen per lembar saham (DPS) menurut Susan Irawati (2006:64) menyatakan bahwa :
"Dividen per lembar saham (DPS) adalah besarnya pembagian dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham setelah dibandingkan dengan rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar”.
Dividend Per Share (DPS) adalah bagian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham yang jumlahnya sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki.
Besarnya dividen per lembar saham dapat dicari dengan rumus :
Total dividen yang dibagikan
DPS =
Jumlah Lembar saham yang beredar
|
B. Laba Per Lembar Saham (Earning Per Share)
Pengertian laba per lembar saham menurut Zaki Baridwan (2004:443) menyatakan bahwa :
“Yang dimaksud dengan laba per lembar saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam suatu periode tertentu untuk setiap jumlah saham yang beredar”.
Informasi mengenai laba per lembar saham dapat digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan dividen yang akan dibagikan. Informasi ini juga berguna bagi investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan selain itu juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan.
Perhitungan laba per lembar saham diatur dalam SAK No.56 yang menyatakan dua macam laba per lembar saham :
a. Laba Per lembar saham dasar, adalah jumlah laba pada suatu periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar dalam periode pelaporan.
b. Laba per lembar saham dilusian, adalah jumlah laba pada suatu periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar selama periode pelaporan dan efek lain yang asumsinya diterbitkan bagi semua efek berpotensi saham biasa yang sifatnya dilutif yang beredar sepanjang periode pelaporan.
Laba per lembar saham (EPS ) dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
Laba Bersih Setelah Pajak
EPS =
Jumlah Lembar Saham Yang Beredar
|
Kesimpulannya Earning Per Share (EPS) menunjukkan seberapa besar laba yang diterima oleh pemegang saham dari saham yang ia ditanamkan.
C. Book Value Per Share
Pengertian Book Value per Share (Nilai Buku per Saham) dan Rumusnya – Book Value per Share (BVPS) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Nilai Buku per Saham adalah rasio yang digunakan untuk membandingkan ekuitas pemegang saham dengan jumlah saham yang beredar. Dengan kata lain, Rasio Book Value per Share ini digunakan untuk mengetahui berapa jumlah uang yang akan diterima oleh pemegang saham apabila suatu perusahaan dibubarkan (dilikuidasi) atau jumlah uang yang dapat diterima oleh pemegang saham apabila semua aktiva (aset) perusahaan dijual sebesar nilai bukunya.
Cara Menghitung Book Value per Share (Nilai Buku per Saham)
Rumus Book Value per Share (BVPS)
Book Value per Share atau Nilai Buku per Saham dapat dihitung dengan cara membagikan ekuitas pemegang saham dengan jumlah saham yang beredar. Persamaan atau Rumus Book Value per Share (BVPS) dapat dilihat seperti dibawah ini :
Book Value per Share = Total Ekuitas / Jumlah Saham yang Beredar
atau
Book Value per Share = (Aset – Hutang) / Jumlah Saham yang beredar
D.Cash Flow Per Share
Yang dimaksud dengan cash flow per share ialah aliran kas sebuah perusahaan dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Semakin besar angka ini artinya perusahaan tersebut semakin sehat. Karena jumlah kas yang ada di perusahaan tersebut dapat menutupi semua saham yang beredar. Ini umumnya cukup sulit tercapai jika perusahaan tersebut selalu menjual secara kredit. Karena walaupun aset ataupun keuntungan yang tercatat di pembukuan jumlahnya besar, namun kenyataannya sebagian kas belum ada di tangan perusahaan tersebut. Tentu saja ini bukan masalah jika perusahaan mempunyai manajemen yang baik terhadap hutang piutangnya.
E. Cash Equivalent Per Share
Setara Kas (Cash Equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan.
Setara kas dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk investasi atau tujuan lain. Untuk memenuhi persyaratan setara kas, investasi harus segera dapat diubah menjadi kas dalam jumlah yang telah diketahui tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan. Karenanya, suatu investasi baru dapat memenuhi syarat sebagai setara kas hanya jika segera akan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya. Investasi dalam bentuk saham tidak temasuk setara kas, sebagai contoh, saham preferen yang dibeli dan akan segera jatuh tempo serta tanggal penebusan (redemption date) telah ditentukan.
Cerukan (bank overdraft) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengelolaan kas perusahaan. Dalam keadaan tersebut, cerukan termasuk komponen kas dan setara kas.
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2, kas didefinisikan sebagai berikut : “Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro”. (1995:2.2). Dalam Statement Of Financial Accounting Standard No. 95, FASB menyatakan bahwa suatu laporan arus kas harus menjelaskan selisih yang terjadi antara saldo awal dan saldo akhir serta setara kas (cash equivalent). Hal ini berarti dalam laporan kas, kas memiliki pengertian yang lebih luas yang tidak hanya terbatas pada saldo kas yang tersedia di perusahaan (cash on hand) dan kas di bank, tetapi juga termasuk perkiraan-perkiraan yang dikenal sebagai setara kas (cash equivalent).
Definisi setara kas (cash equivalent) dalam PSAK No. 2 adalah : “Investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan dapat segera dijadikan kas dalam jumlah tanpa menghadapi perubahan nilai yang berarti.” (1995:2.3).
F. Net Assets Per Share
Nilai aset bersih per saham (NAVPS) adalah ekspresi untuk nilai aset bersih yang mewakili nilai per saham dari reksadana, dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) atau dana tertutup. Ini dihitung dengan membagi total nilai aset bersih dari dana atau perusahaan dengan jumlah saham yang beredar. Rumus untuk NAVPS hanyalah:
NAVPS = Nilai Aset Bersih (NAV) / Jumlah Saham Beredar
dimana NAV = Aset - Kewajiban
NAVPS juga disebut sebagai nilai buku per saham.
G. Revenue Per Share
Jumlah pendapatan atas saham biasa yang beredar. Jawab pertanyaannya, apa kepemilikan penjualan untuk setiap bagian? Meningkatkan pendapatan per saham (RPS) dari waktu ke waktu adalah pertanda baik, karena itu berarti setiap saham sekarang memiliki klaim untuk pendapatan lebih banyak.
Misalnya, jika sebuah perusahaan menghasilkan 500 juta dalam pendapatan dan memiliki 100 juta saham biasa yang beredar, RPS adalah lima. Untuk setiap saham yang beredar, perusahaan menghasilkan lima dolar dalam penjualan.
Misalnya, jika sebuah perusahaan menghasilkan 500 juta dalam pendapatan dan memiliki 100 juta saham biasa yang beredar, RPS adalah lima. Untuk setiap saham yang beredar, perusahaan menghasilkan lima dolar dalam penjualan.
Rumus
Pendapatan Per Saham (Kuartal) = Penerimaan Kuartalan / Saham Biasa
Pendapatan Per Saham (TTM) = Tertinggal 12 Bulan Pendapatan / Saham Biasa Beredar dari kuartal terbaru.
Pendapatan Per Saham (TTM) = Tertinggal 12 Bulan Pendapatan / Saham Biasa Beredar dari kuartal terbaru.
2. Valuation Ration
Rasio penilaian (valuation ratio), dimana rasio ini memberikan ukuran kemampuan manajemen menciptakan nilai pasar usahanya diatas biaya investasinya. Rasio ini merupakan ukuran kegiatan yang paling lengkap karena rasio ini mencerminkan rasio resiko (likuiditas dan solvabilitas) dan rasio pengembalian (aktifitas, profitabilitas dan pertumbuhan). Rasio penilaian ini penting sekali karena hubungannya dengan tujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan kekayaan pemegang saham.
Jenis-Jenis :
A. Price to Earning Ratio
Price to Earning Ratio atau biasanya disingkat dengan singkatan PER (P/E Ratio) adalah rasio harga pasar per saham terhadap laba bersih per saham. Rasio Price to Earning ini adalah rasio valuasi harga per saham perusahaan saat ini dibandingkan dengan laba bersih per sahamnya. Price to Earning Ratio ini merupakan rasio yang sering digunakan untuk mengevaluasi investasi prospektif. Rasio ini juga digunakan untuk membantu investor dalam pengambilan keputusan apakah akan membeli saham perusahaan tertentu. Umumnya, para trader atau investor akan memperhitungkan PER atau P/E Ratio untuk memperkirakan nilai pasar pada suatu saham.
rice to Earning Ratio (P/E Ratio) ini dihitung dengan cara membagikan “Nilai Pasar per saham (Market Value per Share)” dengan “Laba per lembar Saham (Earning per Share/EPS)”. Data Nilai pasar per saham dapat diambil dari pasar saham atau bursa efek, sedangkan Earning per Share dapat dihitung dengan cara membagikan Labar Bersih terhadap jumlah saham yang beredar di pasar.
Catatan :
- Harga terhadap Pendapatan dalam bahasa Inggris disebut dengan Price to Earnings Ratio(PER).
- Harga Saham dalam bahasa Inggris sering disebut dengan Market Price per Share.
- Laba per Saham dalam bahasa Inggris disebut dengan Earnings per Share (EPS).
Dengan menghitung Rasio P/E atau Price Earning Ratio, kita dapat mengetahui seberapa besar harga yang ingin dibayar oleh pasar terhadap pendapatan atau laba suatu perusahaan.
Rasio PER-nya yang lebih tinggi menunjukan bahwa pasar bersedia membayar lebih terhadap pendapatan atau laba suatu perusahaan, serta memiliki harapan yang tinggi terhadap masa depan perusahaan tersebut sehingga bersedia untuk menghargainya dengan harga yang lebih tinggi. Di sisi lain, Rasio Harga Terhadap Pendapatan (Price Earning Rasio) yang lebih rendah mengindikasikan bahwa pasar tidak memiliki kepercayaan yang cukup terhadap masa depan saham perusahaan yang bersangkutan.
Rata-rata Rasio P/E atau PER suatu saham biasanya adalah 12 hingga 15, namun nilai tersebut tergantung pada pasar dan kondisi ekonomi. Penilaian Rasio PER juga bervariasi tergantung pada industri yang dijalankannya. Setiap Industri memiliki penilaian yang berbeda terhadap rasio Rasio P/E-nya.
B. Price Sales Ratio
Price to Sales Ratio (PSR atau P/S Ratio) yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan Rasio Harga terhadap Penjualan ini adalah rasio keuangan yang membandingkan harga saham perusahaan dengan penjualan tahunannya. Sama dengan Price to Earning Ratio (PER) dan Price/Earning to Growth Ratio (PEG), Price to Sales Ratio ini biasanya juga digunakan untuk penilaian saham atau umumnya disebut dengan istilah Rasio Valuasi Investasi atau Rasio Valuasi Saham.
Price to Sales Rasio atau Rasio Harga Terhadap Penjualan adalah salah satu rasio valuasi yang paling dasar dan mudah dipahami sehingga banyak digunakan oleh para investor untuk mengambil keputusan dalam berinvestasi. Investor tentunya ingin mengetahui berapa banyak penjualan yang dapat dihasilkan dari modal yang mereka investasikan. Jadi Price to Sales Ratio ini menilai sebuah perusahaan berdasarkan pada operasi sebenarnya tanpa berdampak pada penyesuaian akuntansi.
Rasio Harga Terhadap Penjualan atau Price to Sales Ratio ini dihitung dengan membagikan Harga per Saham dengan Pendapatan per Saham.
Price to Sales Ratio = Harga per Saham / Pendapatan per Saham
Atau
Price to Sales Ratio = Kapitalisasi Pasar / Penjualan
Catatan :
- Harga per Saham dapat dilihat dari sumber-sumber yang memuat data pasar saham sedangkan Pendapatan per Saham dapat dihitung dengan membagikan Pendapatan Perusahaan yang terdapat dalam Laporan Keuangan dengan Jumlah keseluruhan saham yang beredar.
- Kapitalisasi Pasar dapat dihitung dengan mengalikan Harga per Saham dengan jumlah saham yang beredar. Sedangkan Pendapatan Perusahaan dapat dilihat dari Laporan Keuangan Perusahaan yang bersangkutan.
C. Price Book Value Ratio
Price to Book Value atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Rasio Harga terhadap Nilai Buku yang disingkat dengan PBV adalah rasio valuasi investasi yang sering digunakan oleh investor untuk membandingkan nilai pasar saham perusahaan dengan nilai bukunya. RAsio PBV ini menunjukan berapa banyak pemegang saham yang membiayai aset bersih perusahaan.
Nilai Buku atau Book Value memberikan perkiraan nilai suatu perusahaan apabila diharuskan untuk dilikuidasi. Nilai Buku ini adalah nilai aset perusahaan yang tercantum dalam laporan keuangan atau Balance Sheet dan dihitung dengan cara mengurangkan kewajiban perusahaan dari asetnya (Nilai Buku = Aktiva – Kewajiban). Dengan kata lain, Rasio Price to Book Value ini dapat menunjukan apa yang akan didapatkan oleh pemegang saham setelah perusahaan terjual dengan semua hutangnya telah dilunasi. Rasio PBV yang rendah merupakan tanda yang baik bagi perusahaan.
Rumus PBV (Price to Book Value)
PBV atau Price to Book Value (Rasio Harga terhadap nilai Buku) ini dapat dihitung dengan membagikan Harga per lembar Saham perusahaan yang bersangkutan dengan nilai buku per lembar saham (Book Value per Share). Berikut ini adalah Rumus PBV untuk menghitung rasio Harga Saham terhadap Nilai Buku ini.
Rasio Harga terhadap Nilai Buku = Harga per Lembar Saham / Nilai Buku per lembar Saham
D. Price Cash Flow Ratio
Apabila P/E Ratio berfokus pada laba bersih, metode ini menaruh perhatian pada arus kas operasi, yang secara akurat melacak jumlah uang tunai masuk dan keluar di dalam operasional sebuah perusahaan.
Dengan begitu, rasio ini lebih mencerminkan valuasi sebuah perusahaan. Rasio ini juga lebih berguna untuk memvaluasi saham yang memiliki positive cash flow namun memiliki laba bersih yang negatif (misalkan karena non-cash charges).
P/CF Ratio dipercaya merupakan indikator valuasi yang lebih baik ketimbang P/E Ratio, karena faktor Laporan Arus Kas yang jauh lebih sulit untuk dimanipulasi (seperti depresiasi dan non-cash items yang dijelaskan pada bagian sebelumnya).
Meskipun demikian, penting untuk Anda ingat bahwa tidak ada rasio tolok ukur yang 100% akurat menunjukkan apakah suatu saham undervalued atau tidak.
Sebaliknya, Anda harus membandingkan rasio tersebut dengan rasio perusahaan yang sebanding untuk mendapatkan nilai relatifnya.
Formula Perhitungan Price to Cash Flow Ratio
Setelah membahas perbedaan antara kedua metode di atas, kini kita akan bahas cara perhitungan metodenya.
Ada 2 cara untuk menghitung P/CF Ratio. Cara pertama adalah dengan membagimarket cap perusahaan dengan operating cash flow di tahun fiskal yang terbaru.
Cara kedua adalah dengan membagi harga saham saat ini dengan operating cash flowper lembar saham.
Cara kedua ini cukup mudah, karena Anda cukup membagi operating cash flow dengan jumlah saham yang beredar.
3. Profitability Ratio
Rasio Profitabilitas atau Profitability Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba (profit) dari pendapatan (earning) yang berhubungan dengan penjualan, aset dan ekuitas. Beberapa rasio profitabilitas sering yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahan laba tersebut diantaranya seperti Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin), Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin), Return on Assets(ROA), Return on Equity (ROE), Return on Sales (ROS), Return on Capital Employed (ROCE). Rasio-rasio Profitabilitas ini pada dasarnya digunakan untuk menunjukan seberapa baiknya perusahaan dapat memperoleh laba atau keuntungan dari operasi mereka.
A. Dividen Payout Ratio
Rasio Pembayaran Dividen atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Dividend Payout Ratio (DPR) adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur persentase laba bersih yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen untuk periode waktu tertentu (biasanya dalam 1 tahun). Dengan kata lain, Rasio ini menunjukan seberapa tinggi porsi keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham (investor) dan porsi keuntungan yang digunakan untuk mendanai kelangsungan operasional perusahaan.
Rumus Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio)
Rumus Rasio Pembayaran Dividen dapat dihitung dengan membagi total dividen dengan laba bersih perusahaan. Berikut ini adalah Rumus Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio):
Rasio Pembayaran Dividen = Total Dividen / Laba Bersih
Atau dalam bahasa Inggris :
Dividend Payout Ratio = Total Dividend / Net Income
Rasio diatas merupakan perhitungan untuk keseluruhan pembayaran Dividen baik Total Dividennya maupun Total laba Bersihnya yang umumnya dilaporkan oleh perusahaan dalam laporan keuangan. Di satu sisi, kita juga dapat menghitung rasio pembayaran dividen per saham dengan menghitungkan dividen per saham dengan laba bersih per saham. Tentunya perhitungan rasio pembayaran dividen per saham ini perlu memperhitungkan dividen per saham dan laba bersih per sahamnya.
B. Gross Profit Margin
Gross Profit Margin atau Marjin Laba Kotor adalah rasio profitabilitas yang digunakan untuk menghitung persentase kelebihan laba kotor terhadap pendapatan penjualan. Gross Profit atau Laba Kotor yang dimaksud disini adalah pendapatan Penjualan yang dikurangi dengan Harga Pokok Penjualan (HPP). Biaya yang termasuk pada Harga Pokok Penjualan (HPP) atau Cost of Goods Sold (CGS) ini diantaranya seperti bahan baku dan tenaga kerja langsung yang terkait dengan pembuatan suatu produk. Dengan kata lain, Rasio Marjin Laba Kotor atau Gross Profit Margin ini digunakan untuk mengukur seberapa efisien perusahaan menggunakan bahan dan tenaga kerjanya untuk memproduksi dan menjual produk-produknya untuk menghasilkan keuntungan.
Untuk mendapatkan Marjin Laba Kotor, kita perlu mendapatkan dulu hasil Laba Kotornya, Laba Kotor atau Gross Profit adalah Total pendapatan penjualan yang dikurangi Harga Pokok Penjualan (HPP).
Laba Kotor = Pendapatan Penjualan – Harga Pokok Penjualan
Setelah mendapatkan Laba Kotor atau Gross Profit, selanjutnya adalah membagikan Laba Kotor (Gross Profit) tersebut dengan total Pendapatan Penjualan (Sales Revenue).
Marjin Laba Kotor = Laba Kotor / Pendapatan Penjualan
Keterangan :
Harga Pokok Penjualan (HPP) atau Cost of Goods Sold (COGS) adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk dapat memproduksi barang yang dijual atau Harga perolehan dari barang yang dijual. Biaya-biaya pembentuk HPP diantaranya seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya-biaya overhead.
Pendapatan Penjualan atau Sales Revenue adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari penjualan produk atau jasa kepada pelanggannya.
C. Net Profit Margin
Pengertian Net Profit Margin (Marjin Laba Bersih) dan Rumusnya – Net Profit Margin (NPM) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Marjin Laba Bersih adalah rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur persentase laba bersih pada suatu perusahaan terhadap penjualan bersihnya. Marjin Laba Bersih ini menunjukan proporsi penjualan yang tersisa setelah dikurangi semua biaya terkait. Net Profit Margin ini sering disebut juga dengan Profit Margin Ratio (Rasio Marjin Laba).
Bagi Investor, Marjin Laba Bersih atau Net Profit Margin ini biasanya digunakan untuk mengukur seberapa efisien manajemen mengelola perusahaannya dan juga memperkirakan profitabilitas masa depan berdasarkan peramalan penjualan yang dibuat oleh manajemennya. Dengan membandingkan laba bersih dengan total penjualan, investor dapat melihat berapa persentase pendapatan yang digunakan untuk membayar biaya operasional dan biaya non-operasional serta berapa persentase tersisa yang dapat membayar dividen ke para pemegang saham ataupun berinvestasi kembali ke perusahaannya.
Rasio Likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban hutang jangka pendeknya saat jatuh tempo. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya saat jatuh tempo. Pada dasarnya, Rasio Likuiditas ini merupakan hasil pembagian kas dan dan aset lancar lainnya dengan pinjaman jangka pendek dan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukan berapa kali kewajiban hutang jangka pendek dapat ditutupi oleh kas dan aset lancar lainnya. Jika nilainya lebih dari 1 maka berarti kewajiban jangka pendek dapat ditutup sepenuhnya.
A. Debt to Equity Ratio
Pengertian Net Profit Margin (Marjin Laba Bersih) dan Rumusnya – Net Profit Margin (NPM) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Marjin Laba Bersih adalah rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur persentase laba bersih pada suatu perusahaan terhadap penjualan bersihnya. Marjin Laba Bersih ini menunjukan proporsi penjualan yang tersisa setelah dikurangi semua biaya terkait. Net Profit Margin ini sering disebut juga dengan Profit Margin Ratio (Rasio Marjin Laba).
Bagi Investor, Marjin Laba Bersih atau Net Profit Margin ini biasanya digunakan untuk mengukur seberapa efisien manajemen mengelola perusahaannya dan juga memperkirakan profitabilitas masa depan berdasarkan peramalan penjualan yang dibuat oleh manajemennya. Dengan membandingkan laba bersih dengan total penjualan, investor dapat melihat berapa persentase pendapatan yang digunakan untuk membayar biaya operasional dan biaya non-operasional serta berapa persentase tersisa yang dapat membayar dividen ke para pemegang saham ataupun berinvestasi kembali ke perusahaannya.
Rumus Net Profit Margin (Marjin Laba Bersih)
Net Profit Margin Ratio ini dapat dihitung dengan cara membagi laba bersih dengan total penjualan. Berikut ini adalah rumus Net Profit Margin :
Marjin Laba Bersih = Laba Bersih setelah Pajak / Pendapatan Penjualan bersih
D. Earning Before Taxing
Penghasilan sebelum bunga dan pajak merupakan indikator profitabilitas perusahaan. Satu dapat menghitungnya sebagai pendapatan dikurangi biaya, tidak termasuk pajak dan bunga. EBIT dihitung sebagai:
EBIT = Pendapatan - Biaya Operasi atau EBIT = Penghasilan Bersih + Pajak
E. Return On Equity
Return on Equity Ratio yang biasanya disingkat dengan ROE adalah rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari investasi pemegang saham di perusahaan tersebut. Dengan kata lain, ROE ini menunjukkan seberapa banyak keuntungan yang dapat dihasilkan oleh perusahaan dari setiap satu rupiah yang diinvestasikan oleh para pemegang
Jadi, ROE dengan rasio 100% berarti bahwa setiap 1 rupiah dari ekuitas pemegang saham dapat menghasilkan 1 rupiah dari laba bersih. Return on Equity atau ROE ini merupakan pengukuran penting bagi calon investor karena dapat mengetahui seberapa efisien sebuah perusahaan akan menggunakan uang yang mereka investasikan tersebut untuk menghasilkan laba bersih. ROE juga dapat dijadikan sebagai indikator untuk menilai efektifitas manajemen dalam menggunakan pembiayaan ekuitas untuk mendanai operasi dan menumbuhkan perusahaannya.saham. ROE biasanya dinyatakan dengan persentase (%).
Rumus ROE (Return on Equity)
Rasio Return on Equity (ROE) dihitung dengan membagi laba bersih dengan ekuitas pemegang saham. Berikut ini adalah Rumus ROE :
ROE = Laba bersih setelah Pajak / Ekuitas Pemegang Saham
Pada umumnya, Return on Equity atau ROE ini dihitung untuk pemegang saham biasa (common shareholders). Dalam hal ini, dividen preferen tidak termasuk dalam perhitungan karena jenis dividen ini tidak tersedia untuk para pemegang saham biasa. Dividen Preferen biasanya dikeluarkan dari perhitungan Laba Bersih (Net Income).
E. Return On Equility
Return on Equity Ratio yang biasanya disingkat dengan ROE adalah rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari investasi pemegang saham di perusahaan tersebut. Dengan kata lain, ROE ini menunjukkan seberapa banyak keuntungan yang dapat dihasilkan oleh perusahaan dari setiap satu rupiah yang diinvestasikan oleh para pemegang saham. ROE biasanya dinyatakan dengan persentase (%).
Jadi, ROE dengan rasio 100% berarti bahwa setiap 1 rupiah dari ekuitas pemegang saham dapat menghasilkan 1 rupiah dari laba bersih. Return on Equity atau ROE ini merupakan pengukuran penting bagi calon investor karena dapat mengetahui seberapa efisien sebuah perusahaan akan menggunakan uang yang mereka investasikan tersebut untuk menghasilkan laba bersih. ROE juga dapat dijadikan sebagai indikator untuk menilai efektifitas manajemen dalam menggunakan pembiayaan ekuitas untuk mendanai operasi dan menumbuhkan perusahaannya.
Rumus ROE (Return on Equity)
Rasio Return on Equity (ROE) dihitung dengan membagi laba bersih dengan ekuitas pemegang saham. Berikut ini adalah Rumus ROE :
ROE = Laba bersih setelah Pajak / Ekuitas Pemegang Saham
Pada umumnya, Return on Equity atau ROE ini dihitung untuk pemegang saham biasa (common shareholders). Dalam hal ini, dividen preferen tidak termasuk dalam perhitungan karena jenis dividen ini tidak tersedia untuk para pemegang saham biasa. Dividen Preferen biasanya dikeluarkan dari perhitungan Laba Bersih (Net Income).
F. Return On Assets
Return on Assets atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan Tingkat Pengembalian Aset adalah rasio profitabilitas yang menunjukan persentase keuntungan (laba bersih) yang diperoleh perusahaan sehubungan dengan keseluruhan sumber daya atau rata-rata jumlah aset. Dengan kata lain, Return on Assets atau sering disingkat dengan ROA adalah rasio yang mengukur seberapa efisien suatu perusahaan dalam mengelola asetnya untuk menghasilkan laba selama suatu periode. ROA dinyatakan dalam persentase (%).
Dapat dikatakan bahwa satu-satunya tujuan aset perusahaan adalah menghasilkan pendapatan dan tentunya juga menghasilkan keuntungan atau laba bagi perusahaan itu sendiri. Rasio ROA atau Return on Assets ini dapat membantu manajemen dan investor untuk melihat seberapa baik suatu perusahaan mampu mengkonversi investasinya pada aset menjadi keuntungan atau laba (profit). Tingkat Pengembalian Aset atau Return on Assets ini sebenarnya juga dapat dianggap sebagai imbal hasil investasi (return on investment) bagi suatu perusahaan karena pada umumnya aset modal (capital assets) seringkali merupakan investasi terbesar bagi kebanyakan perusahaan. Dengan kata lain, uang atau modal diinvestasikan menjadi aset modal dan tingkat pengembaliannya atau imbal hasilnya diukur dalam bentuk laba atau keuntungan (profit) yang diperolehnya.
Rumus ROA (Return on Assets)
ROA (Return on Assets) atau Tingkat Pengembalian Aset ini dihitung dengan cara membagi laba bersih perusahaan (biasanya pendapatan tahunan) dengan total asetnya dan ditampilkan dalam bentuk persentase (%). Ada dua cara umum dalam menghitung ROA yaitu dengan menghitung total aset pada tanggal tertentu atau dengan menghitung rata-rata total aset (average total assets). Berikut ini adalah Rumus ROA (Return on Assets) atau Tingkat Pengembalian Aset.
Rumus ROA
4. Liquidity RatioReturn on Assets (ROA) = Laba bersih setelah Pajak / Total Aset (atau rata-rata Total Aset)
Rasio Likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban hutang jangka pendeknya saat jatuh tempo. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya saat jatuh tempo. Pada dasarnya, Rasio Likuiditas ini merupakan hasil pembagian kas dan dan aset lancar lainnya dengan pinjaman jangka pendek dan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukan berapa kali kewajiban hutang jangka pendek dapat ditutupi oleh kas dan aset lancar lainnya. Jika nilainya lebih dari 1 maka berarti kewajiban jangka pendek dapat ditutup sepenuhnya.
Debt to Equity Ratio atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Rasio Hutang terhadap Ekuitas atau Rasio Hutang Modal adalah suatu rasio keuangan yang menunjukan proporsi relatif antara Ekuitas dan Hutang yang digunakan untuk membiayai aset perusahaan. Rasio Debt to Equity ini juga dikenal sebagai Rasio Leverage (rasio pengungkit) yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa baik struktur investasi suatu perusahaan.
Debt to Equity Ratio atau DER adalah rasio keuangan utama dan digunakan untuk menilai posisi keuangan suatu perusahaan. Rasio ini juga merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajibannya. Rasio Debt to Equity ini merupakan rasio penting untuk diperhatikan pada saat memeriksa kesehatan keuangan perusahaan. Jika rasionya meningkat, ini artinya perusahaan dibiayai oleh kreditor (pemberi hutang) dan bukan dari sumber keuangannya sendiri yang mungkin merupakan trend yang cukup berbahaya. Pemberi pinjaman dan Investor biasanya memilih Debt to Equity Ratio yang rendah karena kepentingan mereka lebih terlindungi jika terjadi penurunan bisnis pada perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, perusahaan yang memiliki Debt to Equity Ratio atau Rasio Hutang terhadap Ekuitas yang tinggi mungkin tidak dapat menarik tambahan modal dengan pinjaman dari pihak lain.
Rumus Debt to Equity Ratio (DER)
Rasio Hutang Terhadap Ekuitas atau Debt to Equity Ratio (DER) dihitung dengan cara mengambil total kewajiban hutang (Liabilities) dan membaginya dengan Ekuitas (Equity). Berikut dibawah ini adalah Rumus Debt to Equity Ratio (DER).
Debt to Equity Ratio (DER) = Total Hutang / Ekuitas
Catatan :
- Hutang atau Kewajiban (Liabilities) adalah kewajiban yang harus dibayarkan secara tunai ke pihak lain dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan jangka waktu pelunasannya, Kewajiban atau hutang ini biasanya diklasifikasikan menjadi Kewajiban lancar, kewajiban jangka panjang dan kewajiban lain-lain.
- Ekuitas (Equity) adalah hak pemilik atas aset atau aktiva perusahaan yang merupakan kekayaan bersih (jumlah aktiva dikurangi dengan kewajiban). Ekuitas dapat terdiri dari setoran pemilik perusahaan dan sisa laba yang ditahan (retained earning).
Demikian Artikel ini saya buat, semoga bermanfaat yaa.
Referensi:
https://www.jurnal.id/id/blog/2018-mengenal-pengertian-dan-fungsi-analisa-rasio-keuangan-perusahaan/ (diakses Kamis, 06 Desember 2018)
(diakses
Kamis, 06 Desember 2018)
(diakses
Jumaat, 07 Desember 2018)
(diakses
Jumaat, 07 Desember 2018)
(diakses Sabtu, 08 Desember 2018)
(diakses Sabtu, 08 Desember 2018)
(diakses Sabtu, 08 Desember 2018)
https://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=https://www.investopedia.com/terms/n/navpershare.asp&prev=search
(diakses Sabtu, 08 Desember 2018)
https://ycharts.com/glossary/terms/revenue_per_share
(diakses Sabtu, 08 Desember 2018)
(diakses Sabtu, 08 Desember 2018)
https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-per-price-earning-ratio-rasio-harga-terhadap-pendapatan-rumus-per/
(diakses Sabtu, 08 Desember 2018)
https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-price-to-sales-ratio-psr-rasio-harga-terhadap-penjualan-rumus-psr/
(diakses Sabtu, 08 Desember 2018)
https://www.finansialku.com/metode-price-to-cash-flow-ratio/
(diakses Sabtu, 08 Desember 2018)
(diakses Sabtu, 08 Desember 2018)
https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-rasio-pembayaran-dividen-dividend-payout-ratio-rumusnya/
(diakses Sabtu, 08 Desember 2018)
https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-pbv-price-book-value-rumus-pbv/
(diakses Sabtu, 08 Desember 2018)
(diakses Sabtu, 08 Desember 2018)
https://www.investopedia.com/terms/e/ebit.asp
(diakses Sabtu, 08 Desember 2018)
(diakses Sabtu, 08 Desember 2018)
(diakses Sabtu, 08 Desember 2018)
(diakses Sabtu, 08 Desember 2018).
Komentar
Posting Komentar